Nama-Nama al-Qur'an
Allah Ta'ala memberikan beberapa
nama yang agung dan layak terhadap al-Qur'an, yaitu nama yang sesuai
dengan kedudukan al-Qur'an itu sendiri yang mengesankan akan
keagungannya.
Nama-nama tersebut berisi kandungan al-Qur'an, yaitu berupa
rahasia-rahasia yang indah, tujuan yang mulia dan Maqâshid yang
agung, hikmah-hikmah yang bijak, kisah-kisah yang mengagumkan serta
hukum-hukum yang valid.
Nama-nama yang indah tersebut menunjukkan secara gamblang akan
kemuliaan dan kedudukannya yang tinggi, nama-nama yang mengandung
hujjah dan dalil bahwa ia adalah kitab Samâwiy, tidak ada dan tidak
akan ada yang pernah dapat menyainginya.
Nama-nama yang demikian menarik dan berisi semua yang enak dan baik
untuk dinikmati.
Allah Ta'ala memberikan nama-nama yang bervariasi tersebut berbeda
sama sekali dan tidak seperti nama yang biasa diberikan dan didengar
oleh orang-orang Arab dalam pembicaraan mereka, baik secara global
maupun terperinci. Secara global ia dinamai Kitab atau Qur'an. Dan
secara terperinci dan terpisah juga dinamai dengan surat, ayat dan
Kalimât.
Imam as-Suyuthiy sebagai yang dinukilnya dari al-Jâhizh berkata,
"Allah Ta'ala memberikan sebutan bagi Kitab-Nya berbeda dengan
sebutan yang biasa digunakan oleh orang-orang Arab dalam
pembicaraan-pembicaraan mereka baik secara global maupun terperinci.
Dia menyebutnya secara global sebagai Qur'an seperti makna Dîwân (koleksi
yang memuat sya'ir-red.,) dan sebagiannya sebagai Surat seperti
makna Qashîdah (bagian dari sya'ir-red.,), sebagian dari Surat
tersebut sebagai Ayat seperti makna Bait dan akhir ayat sebagai
Fâshilah seperti makna Qâfiah…"
Yang dimaksud oleh Imam As-Suyuthiy adalah bahwa kata al-Qur'an,
Surat, Ayat dan Fâshilah tidak dikenal oleh orang-orang Arab
sebelumnya, demikian juga penggunaannya. Orang-orang Arab hanya
mengenal kata Dîwân yang sepadan dengan makna al-Qur'an;Qashîdah
sepadan dengan kataSurat ; Bait sepadan dengan kata Ayat dan
Fâshilah sepadan dengan kata Qâfiah.
Nama-Nama al-Qur'an
Diantara nama-nama al-Qur'an tersebut adalah:
1. Tanzîl
Allah menamainya dengan Tanzîl dan Munzal karena maknanya adalah
yang diturunkan . Jadi, Dia-lah yang menurunkannya kepada Muhammad
Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam melalui perantaraan Jibril, karenanya
pula ia bukan sihir, olah pertenungan ataupun dongeng-dongeng
orang-orang terdahulu.
Penamaan dengan Tanzîl dan Munzal ini terdapat dalam 142 tempat di
dalam al-Qur'an, dan penamaannya dengan Tanzîl adalah termasuk yang
paling masyhur.
Diantaranya, dapat dilihat pada Q.,s. Luqman:21 ; Muhammad: 2, 26 ;
Saba`:6 ; Fushshilat:42 ; al-Hâqqah:43 ; al-Mâ`idah:44.
2. Ayât
Ayat-ayat Allah terdiri dari dua jenis; ayat-ayat yang dibaca dan
didengar, yaitu al-Qur'an dan ayat-ayat yang disaksikan, yaitu
makhluk-makhluk Allah.
Allah menamai kitab-Nya dengan Ayât dalam 130 tempat di dalam al-Qur'an.
Tentunya, tidak dapat disangkal lagi bahwa al-Qur'an al-'Aziz adalah
Ayât (tanda-tanda) yang jelas dan amat gamblang petunjuknya, membawa
bukti yang jelas, yang tidak ada kesamaran di dalamnya. Ayat-ayat
yang agung dan lugas, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Penamaan al-Qur'an dengan Ayât juga termasuk diantara nama-nama yang
paling masyhur.
Diantaranya dapat dilihat pada Q.,s.al-'Ankabût:23 ; ar-Rûm:53 ;
al-Hadîd:9 ; al-Jâtsiyah:6,8,9 ; al-Ahqâf:7.
3. Kitâb
Penamaan al-Qur'an dengan Kitâb terdapat dalam 74 tempat di dalam
al-Qur'an. Secara bahasa makna al-Kitâb adalah al-Jam'u (kumpulan;
himpunan; koleksi). Allah menamai wahyu yang diturunkan kepada
Rasul-Nya sebagai Kitâb karena ia mencakup surat-surat, ayat-ayat,
huruf-huruf dan kalimat-kalimat. Juga karena ia menghimpun/mengoleksi
berbagai ilmu, berita dan hukum.
Diantaranya dapat dilihat pada Q.,s. al-'Ankabût:47,48, 51 ;
al-Baqarah:2 ; Fâthir:29 ; az-Zumar:1; Fushshilat:3 .
4. Qur`ân
Ini merupakan nama yang paling masyhur dan penamaannya terdapat
dalam 73 tempat di dalam al-Qur'an.
Dari sisi bahasa makna kata Qur`ân adalah yang dibaca, karena ia
dibaca dan makna yang lebih khusus lagi adalah suatu nama (sebutan)
bagi Kalam yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi
Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam .
Penamaan seperti ini, diantaranya dapat dilihat pada Q.,s.
an-Nisâ`:82 ; al-Isrâ`: 9, 41, 82, 88 ; Yûnûs;37 ; Yûsuf:3 .
5. Haqq
Allah menamai al-Qur'an dengan al-Haqq dalam 61 ayat di dalam al-Qur'an.
Al-Haqq artinya secara bahasa al-'Adl wal Inshâf (keadilan dan sikap
menengah). Dalam ucapan orang Arab, kata al-Haqq adalah antonim dari
kata al-Bâthil (kebatilan).
Allah adalah Haqq, Rasul-Nya adalah Haqq, al-Qur'an adalah Haqq
sementara yang haq itu berhak untuk diikuti.
Penamaan seperti ini, diantaranya dapat dilihat pada Q.,s.Yûnus: 84,
108 ; an-Nisâ`:170 ; al-Mâ`idah: 83, 84 ; al-An'âm: 5 ; Hûd: 17 .
6. Tadzkirah dan Dzikrâ
Penamaan dengan Tadzkirah dan Dzikrâ terdapat dalam 55 tempat di
dalam al-Qur'an, atau bisa lebih dari itu.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa al-Qur'an al-'Aziz merupakan Dzikr
dan Tadzkîr , yaitu ia merupakan Dzikr itu sendiri bahkan termasuk
Dzikr yang paling afdlal (utama). Membaca al-Qur'an merupakan
seutama-utama hal yang dapat mengingatkan (menyadarkan) orang-orang
yang berdzikir kepada Allah.
Penamaan ini dapat dilihat pada Q.,s. al-Hijr:6,9; Fushshilat:41 ;
al-Anbiyâ`:50 ; Shâd: 8, 29 ; Thâhâ: 3 .
7. Wahyu
Penamaan dengan nama ini terdapat dalam 45 ayat di dalam al-Qur'an.
Tentunya, tidak diragukan lagi bahwa al-Qur'an adalah wahyu yang
diturunkan dari sisi Allah Ta'ala. Ia adalah wahyu dimana Allah
berbicara dengan sebenarnya, ia bukan sihir, olah pertenungan, bukan
ucapan yang didustakan dan bukan pula dongeng-dongeng orang-orang
terdahulu sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang kafir Quraisy,
ia bukan pula makhluq seperti yang dikatakan oleh golongan Jahmiyyah
dan Mu'tazilah. Ia bukan hikayat dari Kalam Allah sebagaimana yang
diklaim oleh golongan al-Kullâbiyyah.
Penamaan ini dapat dilihat pada Q.,s.an-Najm: 4, 10 ; Yûnus:2 ;
az-Zukhruf:43 ; al-Ahzâb: 2 ; al-Anbiyâ`: 108 .
8. Huda
Maknanya adalah petunjuk dan terdapat dalam 47 tempat. Kata al-Huda
secara bahasa adalah al-Bayân (penjelasan) atau at-Tawfîq.
Tentunya tidak dapat disangkal lagi bahwa al-Qur'an adalah Huda (penjelasan,
petunjuk) dari kesesatan dan kebutaan. Ia adalah petunjuk secara
hakikat dan makna, ia adalah petunjuk dari kekufuran dan kemunafikan,
dari kezhaliman dan tindakan melampaui batas, dari kebingungan dan
ketakutan serta petunjuk dari segala hal yang menyimpang dan dapat
menjerumuskan.
Memang al-Qur'an adalah petunjuk dan realitas mendukung hal itu.
Buktinya, banyak sekali manusia - mencapai juta-an - mendapatkan
petunjuknya dengan penuh sukarela, tanpa unsur paksaan karena
keistimewaan Islam itu sendiri.
Penamaan ini dapat dilihat pada Q.,s. an-Nahl:89 ; al-Qashash:85 ;
at-Tawbah:33 ; al-Kahfi: 55; al-Baqarah:97 ; al-Fath:28 ;
Ali'Imrân:138 .
9. Shirâth Mustaqîm
Penamaan dengan ini terdapat dalam 33 tempat di dalam al-Qur'an.
Kata ash-Shirâth artinya jalan yang dapat mengantarkan kepada tujuan
yang diinginkan, sedangkan kata al-Mustaqîm artinya yang tidak ada
kepincangan sedikitpun.
I bn Jarir berkata, "Umat dari kalangan Ahli Tafsir sepakat bahwa
makna ash-Shirât al-Mustaqîm adalah jalan yang jelas yang tidak ada
kepincangan sedikitpun. Dan makna ini digunakan dalam percakapan
Bangsa Arab."
Penamaan ini dapat dilihat pada Q.,s. al-Fâtihah: 6 ; al-An'âm:153 ;
al-An'âm:126 ; Yûnus:25 ; Ali'Imran:101 ; al-Mâ`idah:16 ; al-Hajj:54
.
10. Tibyân dan Bayyinât
Al-Qur'an juga dinamakan dengan Tibyân, Mubîn dan Bayyinât dan
penamaan ini terdapat dalam 30 tempat di dalam al-Qur'an. Jumlah ini
bisa jadi lebih dari itu.
Al-Qur'an adalah petunjuk dan obat, yang di dalamnya terdapat Bayân
(penjelasan) yang amat jelas sekali ; jelas maknanya dan kokoh
tata-bahasanya, tidak ada kesamaran atau pun ketidakjelasan padanya.
Di dalam al-Qur'an terdapat penjelasan bagi setiap hajat seluruh
manusia di dalam kehidupan sosial mereka dengan ungkapan yang amat
menawan dan gaya bahasa yang indah.
Penamaan ini diantaranya dapat dilihat pada Q.,s. ash-Shaff:6; al-Baqarah:
159 ; an-Nûr: 34, 46 ; al-Ahqâf:7 ; al-Hijr:1 ; Ghâfir: 66.
11. Shidq, Tashdiq dan Mushaddiq
Allah menamainya dengan Shidq (Kebenaran), Mushaddiq (Pembenar) dan
Tashdîq (Pembenaran) dalam 22 ayat dari al-Qur'an.
Allah Ta'ala menyinggung perihal ash-Shidq, memerintahkannya,
menganjurkan dan mensugestinya di dalam 109 tempat. Dalam hal ini,
tidak dapat diragukan lagi bahwa al-Qur'an al-Karim adalah simbol
kebenaran, sumber, landasannya serta yang mengajak berbuat kebenaran
dan mensugestinya.
Diantaranya, dapat dilihat pada Q.,s. az-Zumar:32,33; Yûnûs:37;
Yûsuf:111; al-Baqarah:97; al-Ahqâf:12; al-An'âm:115.
12. Mufashshal dan Fashl
Allah menamai al-Qur'an dengan Mufashshal (yang dijelaskan/terperinci)
di dalam 18 ayat. Dalam hal ini, al-Qur'an terdiri dari surat-surat,
ayat-ayat Muhkamât. Surat-surat meliputi ayat-ayat sementara
ayat-ayat meliputi huruf dan kalimat. Semua itu telah dirinci oleh
Allah di dalam ayat-ayat al-Qur'an.
Karena telah menjelaskan dan memerinci, maka tidak ada lagi yang
samar dan masih kabur di dalamnya. Jadi, ia bukan teka-teki ataupun
simbol-simbol yang tanpa makna.
Diantaranya, dapat dilihat pada Q.,s.al-An'am:97,98; ath-Thâriq:13;
al-A'râf:52,172; at-Tawbah:11; Fushshilat:3.
13. Hadîts
Allah menamai al-Qur'an dengan Hadîts di dalam 15 ayat.
Makna Hadîts secara bahasa adalah khabar dan ucapan (omongan).
Disamping menamakannya demikian, Dia Ta'ala juga menamakannya Qîl
(yang dikatakan/diucapkan).
Al-Qur'an merupakan ucapan dimana Allah berbicara di dalamnya dan
berisi beragama hal yang membuat terpesona, semua nya indah, berupa
hukum dan hikmah-hikmah, berita gembira ataupun menakutkan, janji
dan ancaman..semua itu hanya lah demi kemaslhlahatan para hamba
Allah. Semua nya berisi hidayah dan petunjuk..semuanya berisi 'aqidah
dan syari'ah.
Diantaranya, dapat dilihat pada Q.,s.az-Zumar:23; al-Jâtsiyah:6;
ath-Thûr:34; al-Kahfi:6; an-Najm:59; al-Wâqi'ah:81; al-Mursalât:50.
14. Rahmah
Allah Ta'ala menamai al-Qur'an dengan Rahmah (Rahmat/kasih sayang)
karena ia merupakan rahmat dari Allah Ta'ala Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang..Dia berbuat apa yang Dia kehendaki. Penamaan ini
terdapat dalam 15 ayat.
Allah sendiri menamakan diri-Nya di dalam al-Qur'an sebagai Rahîm (Maha
Pengasih) dalam 119 tempat, sementara sebagai Rahmân (Maha Penyayang)
dalam 57 tempat. Kata Rahîm dan Rahmân merupakan derivasi dari kata
Rahmah.
Dengan nama ini, dapat dilihat pada Q.,s. al-A'râf:52,203:
al-An'âm:157: Yûnus:57; al-Isrâ`:82; an-Naml:77; al-Jâtsiyah:20.
15. Nûr
Allah menamai al-Qur'an dengan Nûr dalam 12 ayat di dalamnya.
Al-Qur'an adalah nur (cahaya), nur al-Haq, nur yang terang benderang
dan bukti yang pasti.
Nur yang bercahaya namun tidak seperti cahaya-cahaya biasa..cahaya
yang tidak pernah hilang, tidak pernah berkurang sedikitpun..cahaya
yang merangi jalan orang-orang yang berjalan diatas kebenaran,
orang-orang yang sesat dan kebingungan..cahaya yang dapat
menyembuhkan semua penyakit; syahwat dan syubhat.
Namun alangkah sayangnya, dewasa ini hanya sedikit orang yang mau
mengambil cahaya ini…Kebanyakan manusia menjauh darinya layaknya
keledai yang menjauh dari singa, lalu kelelahan hingga akhirnya
celaka dan terjebak ke dalam jurang nan gelap…
Sekalipun berbagai upaya musuh direkayasa untuk menghancurkan
cahayanya, namun mereka tidak berhasil melakukannya.
Diantara penamaannya dengan Nûr dapat dilihat pada Q.,s.
an-Nisâ`:174;al-A'râf:157; al-Mâ`idah:16; at-Taghâbun:8;
asy-Syûra:52;al-Hajj:8; Ali-'Imrân:184 .
16. Nadzir
Allah menamai al-Qur'an dengan Nadzîr dalam 11 ayat di dalamnya.
Sementara Allah menamai Rasul-Nya, Muhammad dengan Nadzîr (pemberi
peringatan) dalam 60 ayat, dan besar kemungkinan lebih dari itu.
Lawannya adalah Basyîr (pemberi berita gembira) terdapat dalam lebih
dari 50 ayat.
Kata Nadzîr dalam bahasa 'Arab berasal dari kata Indzâr yang
maknanya adalah pemberitahuan dan membuat rasa takut (menakut-nakuti).
Artinya juga memberikan peringatan. Tidak salah lagi, bahwa al-Qur'an
adalah pembawa berita gembira dan peringatan. Ia memperingatkan dari
kekufuran, kesyirikan, kemunafikan, kezhaliman, hal-hal yang
melampaui batas, kecurangan, dengki. Ia memperingatkan dari
melalaikan kewajiban dan melakukan perbuatan yang diharamkan. Ia
memperingatkan dari kemurkaan Allah, azab dan siksaan-Nya yang pedih,
berhukum kepada selain hukum-Nya, khianat, makar dan sebagainya.
Mengenai penamaan ini, diantaranya dapat dilihat pada Q.,s.
al-A'râf:2; Maryam:97; al-An'âm:51,19; Ibrahim:52; an-Najm:56;
al-Ahqâf:12.
17. Kalâmullah
Allah menamai al-Qur'an dengan Kalâm, Kalim dan Kalimât dalam 12
ayat di dalamnya. Sementara Qawl dan Kalam yang dinisbahkan dan
ditetapkan sendiri oleh Allah untuk diri-Nya terdapat dalam lebih
kurang 275 ayat.
Al-Qur'an adalah Kalâmullâh secara hakikatnya, bukan kalam (ucapan)
selain-Nya. Ia mencakup huruf-huruf dan makna-maknanya, ia bukan
makhluk dan bukan pula pembawa dusta, akan tetapi diturunkan dari
Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Inilah 'aqidah (keyakinan)
Ahlussunnah wal Jama'ah dari dulu hingga sekarang yang merupakan
keyakinan yang selamat, terbebas dari Tahrîf (mengadakan perubahan
di dalamnya) dan Ta'thîl (Membatalkan maknanya sehingga tidak ada
sama sekali).
Kalam bagi Allah merupakan sifat Dzâtiyyah dan Fi'liyyah. Dikatakan
sifat Dzâtiyyah karena Kalam yang dalam makna kata benda adalah "bicara",
berasal dari Dzat-Nya, dan dikatakan Fi'liyyah karena Kalam yang
dalam makna kata kerja adalah "berbicara (ber-Kalam)" merupakan Fi'l
(perbuatan) Allah.
Jadi Allah Ta'ala telah dan berfirman, telah bicara dan berbicara
bila Dia menghendaki dan kapan Dia menghendaki, Tidak ditanyai
tentang apa yang diperbuat-Nya sementara mereka ditanyai. Dia
berbicara sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Dia berfirman, "Tiada
sesuatupun yang semisalnya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Dalam hal ini, tidak boleh hukumnya bertanya tentang bagaimana Allah
berbicara sebagaimana tidak boleh menyerupai Kalam Allah dengan
kalam seluruh makhluk-Nya, demikian juga berpendapat pada
sifat-sifat Allah yang lain; Hal yang telah ditetapkan sendiri oleh
Allah untuk diri-Nya atau ditetapkan untuk-Nya oleh Rasul-Nya yang
berupa sifat-sifat yang Agung dan sesuai dengan keagungan dan 'izzah-Nya,
maka kita wajib menetapkan demikian tanpa Tahrîf, Ta'thîl, Takyîf (mengadaptasikannya),Tamtsîl
(menyerupakan) nya dengan makhluk.
Tidak boleh melakukan Ta`wîl karena ia akan menyebabkan Ta'thîl dan
tidak boleh melakukan Takyîf karena ia dapat menyebabkan Tamtsîl.
Jadi, tidak boleh berlebih-lebihan dan tidak boleh pula kaku dan
jumud.
Kaum al-Musyabbihah (yang menyerupakan Allah dengan makhluk)
bersikap over dan sangat berlebih-lebihan serta melampaui batas
sehingga ketika menetapkan Kalam Allah, mereka berkata "Kalamullah
adalah seperti kalam (ucapan) makhluk-Nya."
Sementara kaum al-Mu'aththilah (yang membatalkan atau meniadakan
sifat kalam) seperti Mu'tazilah, justeru bersikap sebaliknya. Mereka
amat kaku dan jumud sehingga mereka berkata, 'Allah tidak berbicara
dan al-Qur'an adalah makhluk.' Sementara kaum Asyâ'irah (pengikut
Abul Hasan al-Asy'ari. Sementara Abul Hasan sendiri di akhir
hayatnya kembali ke 'Aqidah Salaf sebagaimana di dalam bukunya "al-Ibânah")
mengatakan "al-Qur'an adalah ungkapan dari Kalamullah. Adapun kaum
al-Kullabiyyah (pengikut 'Abdullah bin Sa'id bin Kullab) berkata,
"al-Qur'an adalah hikayat dari Kalamullah…Tentu saja semua perkataan
seperti itu tidak benar dan batil.
Karenanya, Wajib menetapkannya karena Allah telah menetapkannya dan
karena ia adalah sifat kesempurnaan Allah.
Untuk menegaskan hal itu, penamaan al-Qur'an dengan Kalamullah dapat
dilihat pada: Q.s.,at-Tawbah:6 ; Yûnus:82 ; al-Baqarah:75 ;
al-An'âm:34,115 ; asy-Syûra:24 ; al-Kahf:27.
18. Qawl
Allah menamai al-Qur'an dan memberinya sifat sebagai Qawl (perkataan/ucapan)
dan Qîl (perkataan yang diucapkan) di dalam 15 ayat.
Al-Qur'an al-Karim adalah perkataan Rabb kita dan Sang Pencipta kita.
Ia perkataannya yang sebenarnya, bukan perkataan siapa-siapa
selain-Nya. Inilah 'aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah, para shahabat
dan Tabi'in, yaitu mengimani dan membenarkan bahwa al-Qur'an adalah
perkataan Allah dan Kalam-Nya, Allah berbicara melaluinya kapan saja
Dia telah menghendaki. Barangsiapa yang tidak meyakini seperti itu
atau berkata selain itu, maka perkataannya adalah dusta dan batil.
Karena al-Qur'an adalah perkataan Allah, kalam, wahyu dan tanzil-Nya
maka wajib beriman kepadanya, mempelajari, memahami, dan
merenunginya. Kaum Muslimin wajib memberikan perhatian khusus
terhadap Kitabullah yang merupakan sebab kebahagiaan mereka di dunia
dan akhirat kelak. Ia adalah sumber pertama di dalam syari'at,
hukum-hukum dan peraturan mereka.
Diantara penamaannya dengan Qawl dapat dilihat pada: Q.s.,
Fushshilat:43 ; al-Mu`minûn:68 ; al-Qashash:51 ; an-Nisâ`:122 ;
az-Zumar:18 ; al-Hâqqah:40 ; at-Takwîr:19.
19. Qawl Tsaqil
Allah menamai al-Qur'an dengan Qawl Tsaqîl (perkataan yang berat)
hanya dalam satu ayat saja. Dikatakan berat, karena di dalamnya
terdapat pengagungan,keindahan, kewajiban, batasan-batasan,
larangan-larangan, perintah-perintah, ancaman-ancaman serta limpahan
beban yang besar yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang
beriman dan bertaqwa, yang melakukan hal itu dengan sesempurnanya
disertai rasa gembira dan ketenangan hati. Itu merupakan anugerah
Allah yang diberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dikatakan
demikian, juga karena Rasulullah mengalami hal yang sangat berat
ketika turunnya wahyu. Dalam hal ini, 'Aisyah radliyallâhu 'anha
bercerita, "Sungguh aku telah melihat wahyu turun kepadanya pada
suasana hari yang teramat dingin…"
Apa yang dikatakan berat ini nampaknya -wallahu a'lam- merupakan
berat dalam arti yang sebenarnya. Indikasinya, bahwa onta Rasulullah
terduduk ketika wahyu turun saat beliau Shallallâhu 'alaihi Wa
Sallam berada diatasnya. Demikian pula, ketika diwahyukan kepada
beliau; pahanya yang diatas paha Zaid bin Tsabit seakan meremukkan
paha Zaid.
Al-Qur'an berat artinya penuh dengan kemuliaan dan keagungan karena
di dalamnya terdapat makna-makna yang agung, rahasia-rahasia yang
menawan, hikmah-hikmah dan hukum-hukum, janji dan ancaman serta
berita gembira dan berita yang menakutkan, perintah-perintah dan
larangan-larangan, kewajiban dan batasan-batasan dan hal lainnya
yang dikandung oleh al-Qur'an. Hal itu semua demi kepentingan
seluruh umat manusia baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Satu ayat disebutkan diatas sebagai penamaan al-Qur'an dengan Qawl
Tsaqîl terdapat pada surat al-Muzzammil, ayat 5
20. Qawl Fashl
Allah Ta'ala menamainya dengan Qawl Fashl (perkataan pemutus/pemisah)
dalam satu ayat saja. Maknanya, bahwa al-Qur'an al-Karim merupakan
fashl (pemutus/pemisah) antara al-Haq dan al-Bathil sebagaimana ia
membedakan antara keduanya saat Allah Ta'ala menamainya Furqân.
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa al-Qur'an membedakan antara tauhid
dan kesyirikan, keadilan dan kezhaliman serta kebenaran dan
kebohongan.
Secara umum, al-Qur'an al-Karim adalah pemisah/pemutus antara al-Haq
dan al-Bathil; ia menjelaskan al-Haq, mengajak kepadanya dan
mensugestinya; ia menjelaskan al-Bathil, melarang dan memperingatkan
darinya. Al-Haq amat berhak untuk diikuti dan tentunya tidak ada
setelah adanya al-Haq selain al-Bathil alias yang ada hanya al-Bathil
bila al-Haq lenyap.
Satu ayat yang dinamai dengan Qawl Fashl tersebut adalah surat
ath-Thâriq ayat 13 . Di dalamnya menunjukkan bahwa al-Qur'an adalah
Kalamullah; huruf-huruf dan makna-maknanya.
(SUMBER: Buku "al-Hudâ Wa al-Bayân Fî Asmâ` al-Qur`ân, karya Syaikh.
Shâlih bin Ibrahim al-Bulaihiy, dari hal. 174-202) |