Seputar Kemukjizatan al-Qur'an
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberi kepada Nabi kita, Muhammad
Shallallahu 'Alaihi Wasallam banyak sekali mukjizat. Diantaranya,
terbelahnya rembulan menjadi dua bagian, kerikil yang ada di
tangannya mengucap kalimat tasbih, memancarnya air dari sela-sela
jemarinya, serta beliau mampu mengubah makanan sedikit menjadi
banyak hingga mencukupi kebutuhan orang banyak.
Dan, mukjizat paling agung yang telah diberikan Allah Subhanahu wa
Ta'ala kepada beliau adalah al-Qur'an. Al-Qur'an al-Adhim adalah
mukjizat agung yang memberi khitab (perintah) kepada hati dan akal
fikiran, dan dia adalah mukjizat yang kekal abadi sampai hari kiamat
nanti. Dan, sungguh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah
menantang kaumnya yang fasih (lancar dan benar tutur katanya) dan
baligh (mendalam makna ucapannya) untuk membuat padanan atau
tandingan yang menyerupai al-Qur'an ini, atau minimal satu surat
yang menyerupainya, namun mereka tidak sanggup melakukannya. Hal ini
dilakukan oleh beliau seiring dengan gencarnya permusuhan mereka
yang mendorong mereka untuk menentang/melawan al-Qur'an demi untuk
memusnahkan agama (Islam) ini. Akan tetapi, mereka sekali-kali tidak
pernah menemukan cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Jika orang-orang Arab saja tidak sanggup membuat kitab tandingan
yang menyamai al-Qur'an ini, maka tentunya selain mereka (non Arab)
lebih tidak mampu lagi. Hal itu, mengingat orang-orang Arab yang
merupakan obyek pertama diturunkannya al-Qur'an tersebut, adalah
para pakar yang memiliki kemampuan berbahasa secara fasih dan baligh.
Dan, sejarah telah mencatat bahwasanya al-Qur'an merupakan bukti
kemukjizatan, maka tidak ada satu pun orang yang mengaku dirinya
sanggup membuat kitab yang menyerupai al-Qur'an ini.
"Dan sesungguhnya al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak
datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Terpuji." (QS. Fushshilaat: 41-42)
”Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja)
yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. Maka jika kamu tidak
dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya),
peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu,
yang disediakan bagi orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah :
23-24)
Al-Qur'an Sebagai Pola Baru Mukjizat
Al-Qur'an adalah sebuah mukjizat yang berbeda dengan
mukjizat-mukjizat para rasul seluruhnya. Karena, dia adalah mukjizat
yang kekal abadi untuk selamanya, tidak akan musnah bersamaan dengan
wafatnya seorang rasul yang menerimanya, sebagaimana al-Qur'an
merupakan/berisi kisah tentang keadaan (kondisi) para rasul
terdahulu. Dia adalah mukjizat yang memberi khitab (perintah) kepada
akal fikiran dan hati, sebagaimana dia juga memberi khitab kepada
fitrah manusia sepanjang masa dan tempat. Sungguh mukjizat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah mukjizat yang terbaca,
yaitu al-Qur'an. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tiadalah
diantara para nabi seseorang yang diangkat nabi melainkan dia
sungguh dikaruniai bukti-bukti (mukjizat) serupa yang telah
dipercayai oleh manusia, sedangkan yang dikaruniakan kepadaku adalah
wahyu yang diwahyukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadaku, dan
aku berharap agar aku menjadi seorang diantara mereka yang paling
banyak pengikutnya nanti pada hari kiamat." [1]) 9 [1] .
Muttafaq'alaih, Lihat kitab Misykaat al-Mashaabiih, 3/124
Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak untuk menjadikan
mukjizat rasul terakhir ini berupa suatu yang inderawi (hissiyah)
yang barangkali akan membuat orang yang melihatnya lupa begitu saja.
Kalaupun seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak, niscaya
Dia pasti menurunkan mukjizat besar yang mampu melipat-lipat leher
(baca: menundukkan) orang-orang yang menyaksikannya, sehingga mereka
tidak bisa lagi membantah dan mengingkari mukjizat tersebut. " Jika
Kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari
langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya." (QS.
Asy-Syu'araa:4)
Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghendaki agar kerasulan
ini menjadi kerasulan yang terbuka bagi umat seluruhnya dan generasi
seluruhnya, dan bukan merupakan kerasulan yang tertutup bagi
generasi di suatu zaman dan tempat tertentu. Maka, dia juga
merupakan mukjizat yang terbuka bagi orang dekat dan jauh, bagi
seluruh umat dan seluruh generasi yang ada. Sementara,
mukjizat-mukjizat lainnya hanya akan menundukkan orang-orang yang
menyaksikannya saja, lalu setelah itu, dia hanya tinggal sebagai
kisah yang akan diceritakan, bukan suatu realitas yang kasat mata.
Inilah mukjizat Nabi kita, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
yang setelah lebih dari empat belas abad lamanya masih tetap menjadi
kitab yang terbuka dan manhaj yang tertulis. Yaitu, kitab yang
dijadikan pegangan/pedoman oleh umat sekarang ini sepanjang hidup
mereka –-seandainya mereka diberi petunjuk untuk menjadikannya
sebagai pemimpin mereka— dan kitab yang mampu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka dengan sempurna, serta yang menggiring
mereka setelah itu (baca: kematian), ke alam yang lebih baik,
cakrawala yang lebih tinggi, dan tempat persemayaman yang lebih
ideal.
Beberapa Aspek Kemukjizatan Al-Qur'an
Al-Qur'an bisa dikatakan mukjizat dalam semua aspek dan sudut
pandangnya:
Dia merupakan mukjizat dalam susunan ta'bir (penuturan
kalimat)nya dan dalam rangkaian seninya berdasarkan
keistiqamahan atau konsistensinya terhadap satu kekhususan di
dalam satu tingkatan, tidak berbeda-beda dan tidak
berlapis-lapis. Dan, kekhususan-kekhususannya tersebut tidak
akan terbelakang sebagaimana dia berisikan tentang keadaan
perilaku-perilaku manusia. Sekalipun di sana tampak adanya
peningkatan dan penurunan, kekuatan dan kelemahan dalam perilaku
seseorang yang bisa berubah-ubah keadaannya, namun
kekhususan-kekhususan al-Qur'an dalam konteks ta'bir ini akan
tetap eksis pada satu rangkaian dan satu tingkatan, stabil dan
tidak akan terbelakang, yang menunjukkan pada sumbernya yang
tidak akan berbeda-beda keadaannya (konstan).
Dia merupakan mukjizat dalam bangunannya, dan dalam
keteraturan dan saling melengkapi antar bagian-bagiannya. Maka,
tidak ada kesalahan dan kerancuan (kontradiksi) di dalamnya.
Setiap taujihat (arahan-arahan)nya akan saling bertemu, tersusun
rapi, dan saling melengkapi, serta meliputi kehidupan manusia,
mengupasnya secara tuntas, menjawab permasalahannya, dan
memotivasinya, tanpa ada satu pun bagian dari manhaj sempurna
ini yang bertentangan dengan bagian yang lain, dan tanpa ada
sedikit pun darinya yang berbenturan dengan fitrah manusia,
sekalipun fitrah manusia cenderung mengabaikannya. Semuanya
diikat pada satu poros di dalam kesesuaian yang tidak mungkin
terjangkau oleh pengalaman manusia yang terbatas. Dan, mesti
harus ada pengetahuan bersifat komperhensif yang tidak terikat
dengan waktu dan tempat, yang berada di dalam wilayah cakupannya
dan peraturannya.
Dia merupakan mukjizat dalam hal kemudahan untuk masuk ke
dalam hati dan sanubari manusia, memegang kunci-kuncinya,
membuka pintu-pintu penutupnya, menampung berbagai media
perasaan/emosi dan reaksi di dalamnya, serta menangani berbagai
kesulitan dan problematikanya secara luwes dan mudah lagi
menakjubkan, juga dalam hal mendidiknya dan mengarahkannya
sesuai manhajnya dengan melalui sentuhan yang paling lunak,
tanpa ada kerumitan, ketimpangan, dan kesalahan.
Dan, dia juga merupakan mukjizat dalam hal pemberitahuannya
tentang perkara-perkara gaib yang ada di balik alam kasunyatan (alam
realita), seperti alam malaikat, jin, hari akhir, serta hal-hal
gaib yang telah lalu dan yang akan datang. Dan, apa yang
tersingkap oleh ilmu manusia dari sejarah manusia, juga berbagai
peristiwa yang menimpanya, akan membenarkan apa yang telah
dibawa oleh Nabi yang ummi ini, yang tidak bisa menulis maupun
membaca kitab.
Dia merupakan mukjizat di dalam apa yang dikabarkan sebagai
hakikat alam, yang tidak seorang pun manusia mendapat petunjuk
untuk mengetahuinya, dan menyingkap sebagian rahasia-rahasianya,
selain hanya satu hadis (perkataan) saja.
Serta, dia merupakan mukjizat di dalam syariat dan
hukum-hukumnya, yaitu dalam hal kesempurnaan, kemuliaan,
kelayakannya bagi manusia sepanjang masa.
Mukjizat Ilmiah Di Dalam al-Qur'an
Yang menarik di dalam al-Qur'an ini adalah bahwa kemukjizatannya
akan selalu baru sepanjang zaman. Maka, setiap kaum akan sampai
kepada mereka al-Qur'an ini, sehingga mereka bisa melihat
kandungannya dengan mata penglihatan orang yang mencari ibrah dan
mau membuka mata. Mereka akan mendapati di dalamnya tanda-tanda dan
bukti-bukti yang bisa menguatkan bagi mereka bahwasanya al-Qur'an
berasal langsung dari sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sementara kita pada saat ini mampu menghasilkan ilmu-ilmu yang dapat
menyingkap sesuatu yang merupakan bagian dari rahasia-rahasia alam.
Maka, kita pun meneliti galaksi (tempat-tempat bintang),
peredarannya, bentuknya, dan muatannya, sebagaimana para pakar
meneliti proses penciptaan makhluk beserta rahasia-rahasia di balik
makhluk-makhluk tersebut. Mereka meneliti atom dan sel tubuh, serta
menyelami dasar bumi dan lautan. Namun, tiba-tiba kita dikejutkan
oleh tesis yang menyatakan bahwa kebanyakan hakikat yang dicapai
oleh para pakar tersebut setelah melalui berbagai kajian yang
panjang dan jerih payah yang meletihkan ternyata telah dibicarakan
atau telah disinyalir secara jelas oleh al-Qur'an al-'Adhim
sebelumnya.
Semua inilah yang semakin menambah dan memperdalam keimanan, dan
membuktikan bahwa al-Qur'an al-'Adhim ini diturunkan langsung dari
sisi Allah, Dzat Yang Maha Tahu, Maha Bijaksana, lagi Maha
Mengetahui. Al-Qur'an ini adalah perkataan/ucapan sekaligus perintah
Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedangkan makhluk adalah buatan dan
ciptaan-Nya. Maka, jika Sang Pencipta membicarakan ciptaan-Nya, dan
menuturkan sesuatu dari hakikat makhluk ciptaan-Nya tersebut, maka
sudah pasti akan terjadi persesuaian antara khabar qauli (berita
yang bersifat ucapan) dengan khalq kauni (penciptaan yang bersifat
alamiah). Karena, ucapan tersebut adalah ucapan Allah sendiri, dan
ciptaan itu pun adalah ciptaan-Nya sendiri." Ingatlah, menciptakan
dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta
alam." (QS.Al-''Araaf:54)
Sedangkan jiwa manusia akan sepenuhnya berserah diri manakala
mengetahui rahasia-rahasia yang terlupakan yang tidak pernah
diketahui oleh manusia sebelumnya. Kemudian, ternyata jiwa tersebut
mendapati bahwa Nabi berkebangsaan Arab yang ummi, tidak bisa
menulis, tidak bisa membaca, tidak pernah mengeyam pendidikan di
perguruan tinggi, dan tidak pernah belajar pada seorang guru dari
keturunan Nabi Adam 'Alaihissalaam, membicarakan atau mensinyalir
tentang hakikat ilmiah tersebut. Maka, kalau bukan al-Qur'an ini
merupakan wahyu dari Sang Pencipta, niscaya Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam tidak pernah mampu menetapkan hakikat-hakikat samar
ini, juga rahasia-rahasia tersembunyi yang tidak pernah diketahui
oleh manusia sebelum masa ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,"
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur'an) sesuatu
Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan
kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar
ragulah orang yang memgingkari(mu)." (QS. Al-'Ankabuut:48)
Pendeta Nasrani Menggunakan Teks-Teks Ilmiah Di Dalam Kitab
Taurat Untuk Mengajak Orang-Orang Komunis Masuk Agama Nasrani
Seorang pendeta Nasrani telah menggunakan metode ini dalam
mendakwahkan agama Nasrani. Pernah terdapat 12 mahasiswa berasal
dari China yang belajar di universitas California, USA, menghadap
kepada seorang pendeta yang bernama Barkeley, dan meminta kepadanya
agar menyusunkan jadwal kajian mereka seputar agama Nasrani pada
hari-hari minggu. Tujuan mereka di balik semua itu, adalah untuk
mengenal seberapa jauh pengaruh agama terhadap kebudayaan Amerika.
Lalu, pendeta tersebut memanggil seorang ilmuwan pakar matematika
dan astronomi yang bernama Prof. Peter dan Stoner, dan meminta
darinya agar menangani masalah pengajaran terhadap para pemuda China
tersebut.
Selanjutnya, guru besar dalam bidang matematika dan astronomi ini
memilih pembahasan sifr at-takwiin (bagian kitab perjanjian lama
tentang penciptaan) dari kitab Taurat. Di dalam pembahasan ini
terdapat beberapa maklumat (data) yang membicarakan tentang
permulaan alam (kosmos). Sang professor ini tidak mengajarkan Taurat
kepada mereka dengan metode tradisional (konvensional), dan dia
bersama sejumlah mahasiswa China tersebut menghabiskan musim dingin
untuk mempelajari berbagai data tersebut, lalu mereka mencatat dalam
setiap kajian tersebut berbagai pertanyaan yang muncul dalam benak
fikiran mereka seputar apa yang mereka dengarkan. Setelah itu,
mereka merujuk kepada kitab-kitab ilmiah yang ada di perpustakaan
universitas untuk meneliti kebenaran yang telah dibicarakan oleh
sifr at-takwiin ini. Yaitu, sebuah tahapan yang merujuk kepada
kehidupan sehari-hari Nabi Musa 'Alaihissalaam sebelum beberapa ribu
tahun yang lalu. Dan, setelah melakukan berbagai kajian panjang
secara kontinyu, para mahasiswa tersebut akhirnya memeluk agama
Nasrani. [2] . Cobalah tengok peristiwa ini di dalam kitab
"Al-Islaam Yatahaddaa" karangan Wahiduddin Khan, hal. 121, dan
penulis telah menukil dari pengarang kitab tersebut di dalam
kitabnya, " The Evidence of God" P.P. 137-38.
Kita hakikatnya mengimani kitab Taurat dan Injil. Namun, ternyata
teks-teks yang terkandung di dalamnya telah banyak mengalami
perubahan, penyelewengan, dan penggantian redaksi, yaitu akibat
upaya penerjemahan yang dilakukan secara terus-menerus dari satu
bahasa ke bahasa lainnya, dan karena ulah tangan para ulama sesat
yang telah menyelipkan/memasukkan di dalam kedua kitab ini sesuatu
yang bukan darinya, dan sebaliknya mereka membuang dari keduanya
teks-teks yang tidak berpihak kepada mereka. Maka, selebihnya adalah
kebenaran yang masih tersisa di dalamnya bercampur dengan banyak
sekali kebatilan. Sedangkan al-Qur'an adalah kitab samawi yang
terakhir, yang tidak pernah berubah-ubah dan berganti-ganti redaksi,
dan hakikat-hakikat alam yang terkandung di dalamnya pun sangat
banyak dan terbukti kevalidannya.
Beberapa Contoh Dari Kemukjizatan Ilmiah Di Dalam Al-Qur'an
Sebenarnya tulisan dalam konteks semacam ini telah banyak ditulis.
Namun, di sini, saya akan menyebutkan beberapa contoh saja.
Diantaranya:
Tahapan penciptaan janin. Al-Qur'an menguraikan
tahapan-tahapan ini secara terinci dan akurat, dan tidak ada
diantara para ulama yang pernah mengetahui rincian-rincian ini
selain baru-baru ini saja.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
" Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur); maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari seumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepadamu." (QS. Al-Hajj:5)
" Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati
itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik." (QS. Al-Mu'minuun: 12-14)
Cobalah kamu merujuk kepada sumber-sumber medis yang membahas
tentang penciptaan janin, apakah kamu menemukan di dalam apa
yang telah dikatakan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita
tersebut, sesuatu yang bertentangan dengan hakikat-hakikat yang
telah disebutkan oleh Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui ini?
Kotoran yang terdapat di dalam darah haidh. "Mereka bertanya
kepadamu tentang haidh. Katakanlah:"Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. " (QS. Al-Baqarah:222).
Bagi para ilmuwan zaman sekarang telah nyata/terbukti, bahwa
darah haidh merupakan darah rusak, yang mengandung banyak virus
dan berbagai macam bakteri (kuman). Jika seseorang lelaki
menggauli istrinya di tengah-tengah masa haidh, maka
dikhawatirkan dia akan terkena peradangan dan penyakit-penyakit
yang akan menyiksanya.
Di samping itu, alat kelamin (organ seksual) pada wanita
tersebut akan terinjeksi sewaktu haidh, khususnya rahim yang
akan terinjeksi sampai mengalami hemophilia (kehabisan darah).
Jika seorang lelaki menggauli istrinya, maka itu akan berakibat
terkoyaknya dinding-dinding rahim wanita, hingga tersebarlah
penyakit menular melalui berbagai virus yang ada pada
dinding-dinding tersebut ke bagian-bagian tubuh lainnya, yang
mana itu sangat berpengaruh pada kesehatan wanita tersebut.
Kemudian, di sana juga terdapat kotoran dari jenis ketiga, yaitu
gangguan psikis yang akan menimpa kedua pasangan suami-istri
tersebut. Maka, kebanyakan lelaki dan perempuan akan dirundung
rasa ketakutan dan kepanikan jiwa (nervous), yang akan berakibat
pada penyakit lemah syahwat yang terkadang sangat parah.
Tempat urat-urat saraf yang akan merasa (sakit) bila
terbakar dan tertimpa musibah. Urat-urat saraf ini hanya berada
di dalam kulit saja. Karenanya, kalau seandainya usus-usus
manusia diputus setelah dibelah perutnya, maka dia tidak akan
merasa usus-ususnya terputus. Dan, al-Qur'an telah mensinyalir
hakikat ini di dalam firman Allah yang berbunyi, "Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka
hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya
mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana." (QS. An-Nisaa:56)
Dan, tidak bertentangan dengan semua ini dengan adanya manusia
yang merasakan dingin dan panas di dalam usus-ususnya. Karena,
yang ada di dalam kulit adalah urat-urat saraf yang merasakan
sakit karena tertimpa musibah dan kebakaran. Sementara, di sana
masih terdapat banyak sekali urat-urat saraf lainnya yang
tersebar di dalam anggota tubuh manusia.
Alam yang membentang luas, "Dan langit itu Kami bangun
dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya." (QS. Adz-Dzaariyaat:47)
Kalangan mereka yang tidak pernah membaca al-Qur'an, namun
mengkaji tentang ciptaan/makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala, akan
saling bertanya-tanya, "Apakah bentuk ruang angkasa yang
meliputi kita ini?" Dan, sebagai jawaban dari pertanyaan ini,
mesti dikatakan bahwasanya ruang angkasa tidak mempunyai bentuk
tertentu, mengingat dia akan terus-menerus mengalami perluasan.
Berkaitan dengan pembahasan ini, DR. Eddington berkata, "Bisa
saja kita memberi perumpamaan pada bintang-bintang dan galaksi,
dan seolah-olah mereka berdiri di atas permukaan balon karet
yang ditiup secara terus menerus. Dan begitulah, bahwasanya
benda-benda langit ini akan menjauh dari sebagian benda langit
lainnya lebih banyak dan lebih banyak lagi, akibat adanya proses
penggelembungan. Seperti suatu unsur yang terlepas dari
gerakan-gerakan yang biasanya, dan dari ekses-ekses yang
ditimbulkan oleh adanya daya gravitasi diantaranya."
Dan, setelah perkataan Prof. Eddington ini, seseorang bernama
Julian berkata, "Alam ini memiliki kecenderungan alamiah untuk
bertambah luas/lebar, yang kira-kira bisa menandingi daya
gravitasi yang terdapat dalam suatu materi (benda)….
Sesungguhnya separoh wilayah ruang angkasa pada saat ini, tidak
kurang dari sepuluh kali lipat dari separoh wilayahnya yang asli,
menurut hitungan-hitungan Professor (Eddington). Dan, jumlah
luas yang sebenarnya akan bertambah secara terus-menerus, ….
Sedangkan jumlah pertambahannya ini akan membesar pada
waktu-waktu mendatang." [3]
Matahari yang berjalan di ruang angkasa. Sebelumnya terdapat
dugaan kuat bahwasanya matahari berputar mengitari bumi, lalu
belakangan terbukti oleh para ilmuan bahwasanya bumilah yang
berputar mengitari matahari. Namun, para ilmuwan tersebut telah
membuat kesalahan ketika mereka mengklaim bahwasanya matahari
tersebut diam (tidak bergerak). Terakhir kali, nyatalah bagi
mereka bahwasanya matahari berjalan dengan kecepatan yang luar
biasa. Dan, ungkapan yang paling sesuai berkenaan dengan
gerakannya ini, adalah "berlari". Maha Benar Allah Subhanahu wa
Ta'ala, ketika mengatakan, "Dan matahari berjalan di tempat
peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui." (QS. Yaasiin:38)
Di dalam madu terdapat kesembuhan bagi manusia. Belum sampai
tiga puluh tahun lamanya, di Amerika beredar isu bahwasanya madu
bisa menularkan kuman (bibit penyakit). Dan, bahkan belum
terlihat manfaat-manfaat madu secara medis oleh para ilmuan,
kecuali baru-baru ini saja. Dan , kini, madu terdapat di dalam
lebih dari lima puluh obat, dan telah terbukti bagi para dokter
bahwasanya madu bisa membunuh kuman. Maka, tidak ada satu pun
kuman yang bisa hidup di dalamnya. Juga, telah terbukti bagi
mereka bahwasanya madu merupakan obat yang bagus bagi umumnya
jenis penyakit, seperti kekurangan darah (anemia), penyakit
paru-paru, penyakit alat/saluran pernafasan, penyakit mata,
penyakit kulit, dan masih banyak lagi yang lainnya. [4] Maha
Benar Allah Subhanahu wa Ta'ala, ketika mengatakan,"Dari perut
lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS. An-Nahl:
69)
|