Seputar Perjanjian
al-Hudaibiyah (Akhir Tahun 6 H)
“Kemudian Rasulullah menetap di Madinah selama
bulan Ramadhan dan Syawal. Pada bulan Dzulqa’dah, beliau keluar dari
Madinah untuk berumrah dan tidak menginginkan perang.*
“Rasulullah mengajak orang-orang Arab dan orang-orang Badui yang ada
di sekitar beliau untuk pergi bersama beliau, karena khawatir
orang-orang Quraisy memerangi atau melarang beliau mengunjungi
Baitullah. Banyak sekali orang-orang Badui yang menolak ajakan
beliau. Kendati begitu, beliau tetap berangkat bersama para sahabat
dari kaum Muhajirin, para sahabat dari kaum Anshar, dan orang-orang
Arab lainnya. Beliau membawa hewan sembelihan (onta)** dan
berpakaian ihram untuk umrah agar manusia merasa aman dan mengetahui
beliau keluar untuk mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya”.
“Rasulullah berjalan dan ketika tiba di ‘Usfan (sebuah tempat lebih
kurang dua marhalah sebelum masuk kota Makkah), beliau bertemu Bisyr
bin Sufyan al-Ka’bi.
“Bisyr bin Sufyan berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah,
orang-orang Quraisy mendengar keberangkatanmu, untuk itu, mereka
keluar dengan membawa unta-unta betina yang baru melahirkan anaknya
yang teteknya penuh dengan susu lalu berhenti di Dzu Thuwa (Nama
sebuah tempat dekat Makkah) Mereka bersumpah kepada Allah bahwa
engkau tidak boleh masuk ke tempat mereka untuk selama-lamanya.
Inilah Khalid bin Walid dengan pasukan berkudanya, mereka
mengutusnya ke Kuraul Ghamim’***. Rasulullah SAW bersabda,
‘Celakalah orang-orang Quraisy, sungguh mereka telah dikuasai nafsu
berperang. Apa salahnya kalau mereka tidak menghalang-halangiku
berhubungan dengan orang-orang Arab. Jika orang-orang Arab tersebut
mengalahkanku, itulah yang mereka harapkan. Jika Allah memenangkanku
atas mereka, maka mereka masuk Islam. Jika mereka tidak masuk Islam,
mereka berperang, toh mereka mempunyai kekuatan. Demi Allah,
orang-orang Quraisy jangan salah sangka, sesungguhnya aku tidak
pernah berhenti memperjuangkan apa yang aku bawa dari Allah hingga
Dia memenangkannya atau aku mati karenanya’. Beliau bersabda lagi,
‘Siapa yang bisa berjalan dengan kita di jalan lain yang tidak
mereka lalui?”.
Sesorang dari Bani Aslam berkata, ‘Aku, wahai Rasulullah’. Orang
tersebut berjalan bersama kaum muslimin melewati jalan yang penuh
dengan pohon hingga sulit dilalui di antara jalan-jalan menuju
gunung. Ketika mereka keluar dari jalan tersebut dalam keadaan lelah
dan tiba di tanah datar di ujung lembah, Rasulullah bersabda,
‘Katakanlah, ‘Kami meminta ampunan kepada Allah dan bertaubat
kepadaNya’. Mereka mengucapkan perkataan tersebut. Rasulullah
bersabda lagi, ‘Demi Allah, itulah perkatan yang dulu ditawarkan
kepada Bani Israel, namun mereka tidak mau mengucapkannya’.****”
“Maka Rasulullah memberi instruksi kepada kaum muslimin dengan
bersabda, ‘Hendaklah kalian mengambil jalan arah kanan melewati Al-Hamdhu,
jalan yang tembus ke Tsaniyyatul Mirar, tempat pemberhentian di al-Hudaibiyah,
dari arah bawah Makkah.
Rombongan pun berjalan melewati jalan tersebut. Ketika pasukan
berkuda Quraisy melihat kepulan debu dari jalan yang berlainan
dengan jalan mereka yang mereka lalui, mereka pulang kepada
orang-orang Quraisy. Di sisi lain, Rasulullah terus berjalan dan
ketika berjalan di Tsaniyyatul Mirar, tiba-tiba unta beliau berhenti
dan orang-orang pun berkata, ‘Unta ini mogok jalan’. Rasulullah
bersabda, ‘Unta ini tidak mogok jalan dan itu bukan tabiatnya, namun
ia ditahan oleh Allah yang menahan gajah dari Makkah (pasukan
Abrahah). Jika hari ini orang-orang Quraisy mengajakku menyambung
hubungan kekerabatan, aku menyetujuinya’. Beliau bersabda lagi,
‘Berhentilah kalian’. Salah seorang sahabat berkata kepada beliau,
‘Wahai Rasulullah, di lembah ini tidak ada mata air. Jadi, kita
tidak usah berhenti di sini’.
Rasulullah mengeluarkan panah dari tabung panah dan memberikannya
kepada salah seorang dari para sahabat, kemudian ia turun dengan
panah tersebut ke salah satu sumur di tempat tersebut dan memasukkan
panah ke dalamnya. Air pun keluar hingga tanah di sekitar sumur
menjadi basah”.
“Ketika Rasulullah tengah beristirahat, beliau didatangi Budail bin
Warqa’ Al-Khuzai bersama beberapa orang dari Khuza’ah. Mereka
berbicara dan menanyakan alasan kedatangan beliau ke Makkah. Beliau
menjelaskan kepada mereka bahwa beliau datang tidak untuk perang,
namun untuk mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya. Setelah itu,
beliau bersabda kepada mereka seperti yang beliau sabdakan kepada
Bisyr bin Sufyan. Usai mendapatkan penjelasan beliau, Budail bin
Warqa’ Al-Khuzai dan anak buahnya pulang ke tempat orang-orang
Quraisy dan berkata kepada mereka, ‘Hai orang-orang Quraisy,
sesungguhnya kalian terlalu cepat bertindak terhadap Muhammad.
Sesungguhnya Muhammad datang tidak untuk perang, namun untuk
mengunjungi Baitullah. Maka curigailah dan tolaklah mereka dengan
kata-kata kasar’. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Jika ia datang untuk
tujuan tersebut dan tidak untuk perang, maka demi Allah ia tidak
boleh masuk ke tempat kita dengan kekerasan untuk selama-lamanya dan
ia tidak boleh mengungkit-ungkit perang kepada kita’.”
“Orang-orang Khuza'ah; baik yang muslim atau yang musyrik adalah
kolega dekat Rasulullah yang tidak merahasiakan apa saja yang
terjadi di Makkah terhadap beliau. Mereka mengutus Mikraz bin Hafsh
bin Al-Akhyaf saudara Bani Amir bin Luai kepada Rasulullah. Ketika
beliau melihat kedatangannya, beliau bersabda, ‘Orang ini
pengkhianat’. Ketika Makraz bin Hafsh tiba di tempat beliau dan
berbicara dengan beliau, maka beliau bersabda kepadanya seperti yang
beliau sabdakan kepada Budail bin Warqa’ dan teman-temannya. Setelah
itu, Makraz bin Hafsh pulang kepada orang-orang Quraisy dan
menceritakan kepada mereka apa yang disabdakan Rasulullah”.
“Orang-orang Quraisy mengutus Al-Hulais bin Alqamah atau bin Zabban
kepada Rasulullah. Ketika itu, Al-Hulais bin Alqamah adalah pemimpin
orang-orang Ahabisy dan warga Bani Al-Harits bin Abdu Manat bin
Kinanah. Ketika Rasulullah melihat kedatangannya, beliau bersabda,
‘Orang ini berasal dari kaum yang beribadah, oleh karena itu,
tempatkan hewan sembelihan (onta) di depannya agar ia bisa
melihatnya’. Ketika al-Hulais bin ‘Alqamah melihat hewan sembelihan
(onta) berdatangan kepadanya dari samping lembah dengan memakai
kalung sebagai tanda akan disembelih dan bulu-bulunya telah rusak
karena terlalu lama berada di tempat ia akan disembelih, ia segera
pulang kepada orang-orang Quraisy dan tidak jadi bertemu dengan
Rasulullah karena hormat kepada beliau. Ia ceritakan apa yang
dilihatnya kepada orang-orang Quraisy, kemudian orang-orang Quraisy
berkata kepadanya, ‘Duduklah engkau, karena engkau orang Arab dusun
yang bodoh’.”
Al-Hulais bin Alqamah marah karena perkataan orang-orang Quraisy. Ia
berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, demi Allah, kami bersekutu dan
mengikat perjanjian dengan kalian tidak untuk hal ini. Pantaskah
orang yang ingin mengagungkan Baitullah itu tidak boleh datang
kepadanya?. Demi Dzat yang jiwa Al-Hulais berada di tanganNya,
kalian mengizinkan Muhammad mengunjungi Baitullah atau aku membelot
dari kalian bersama orang-orang Ahabisy’. Orang-orang Quraisy
berkata kepada Al-Hulais bin Alqamah, Tahan dirimu, hai Al-Hulais,
hingga kami bisa mengambil apa yang kami ridhai untuk kami’.”
“Kemudian orang-orang Quraisy mengutus Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
untuk pergi kepada Rasulullah. Urwah bin Mas’ud berkata, ‘Hai
orang-orang Quraisy, sungguh aku tahu kata-kata kasar dan buruk yang
kalian sampaikan kepada orang-orang yang kalian utus untuk menemui
Muhammad. Kalian tahu bahwa kalian adalah orang tua sedang aku anak
–Urwah adalah anak Subai’ah binti Abdu Syams–. Aku dengar apa yang
terjadi pada kalian, mengumpulkan orang-orang dari kaumku yang taat
kepadaku, kemudian datang kepada kalian untuk membantu kalian dengan
diriku sendiri’. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Engkau benar. Engkau
bukan orang tertuduh di tempat kami’. Setelah itu, Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi berangkat ke tempat Rasulullah. Ketika ia tiba di tempat
beliau, ia duduk di depan beliau, kemudian berkata, ‘Hai Muhammad,
engkau kumpulkan orang banyak kemudian membawa mereka kepada
keluargamu untuk membunuh mereka?.
Orang-orang Quraisy telah keluar bersama wanita-wanita dan anak-anak
mereka dengan memakai kulit-kulit harimau. Mereka bersumpah tidak
akan mengizinkanmu masuk ke tempat mereka untuk selama-lamanya. Demi
Allah, dengan mereka, sepertinya kami lihat pengikut kalian akan
menyingkir darimu besok pagi’. Abu Bakar Ash-Shiddiq yang duduk di
belakang Rasulullah berkata, ‘Isaplah klentit (clitoris) Lata.
Apakah kami akan menyingkir dari beliau?’. Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi berkata, ‘Siapa orang ini, hai Muhammad?’. Beliau
menjawab, ‘Dia putra Abu Quhafah’. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
berkata, ‘Demi Allah, jika aku tidak berutang budi padanya, pasti
aku balas ucapannya dengan ucapan yang lebih menyakitkan, namun
perkataanku ini sudah cukup’. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berusaha
memegang Rasulullah sambil berbicara dengan beliau. Al-Mughirah bin
Syu’bah yang berdiri di depan Rasu-lullah dengan memegang pedang
memukul tangan Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi yang hendak memegang
jenggot Rasulullah, sambil berkata, ‘Tahan tanganmu dari wajah
Rasulullah sebelum pedang ini mengenaimu’. Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi berkata, ‘Celakalah engkau, betapa kasarnya engkau!’
Rasulullah tersenyum.
Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata kepada beliau, ‘Siapa orang
ini, hai Muhammad?’ Beliau men-jawab, ‘Dia anak saudaramu, yaitu
Al-Mughirah bin Syu’bah’. Urwah bin Mas’ud berkata, ‘Engkau
pengkhianat, aku baru saja membersihkan aibmu kemarin.”*****
“Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
seperti yang telah beliau jelaskan kepada teman-teman Urwah bin
Mas’ud Ats-Tsaqafi sebelum ini bahwa beliau datang tidak untuk
perang. Kemudian Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi beranjak dari tempat
Rasulullah dan sebelum itu, ia melihat apa yang diperbuat para
sahabat terha-dap beliau; jika beliau berwudhu maka mereka
memperebutkan bekas air wudhu beliau, jika beliau meludah maka
mereka memperebutkannya, dan jika rambut beliau jatuh maka mereka
mengambilnya. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi pulang kepada orang-orang
Quraisy dan berkata kepada mereka, ‘Hai orang-orang Quraisy sungguh
aku telah mengunjungi Kisra di kerajaannya, Kaisar di kerajaannya,
dan An-Najasyi di kerajaannya. Demi Allah, aku tidak pernah melihat
seorang raja di rakyatnya seperti Muhammad di sahabat-sahabatnya.
Sungguh aku lihat kaum yang tidak akan menyerahkannya kepada sesuatu
apa pun untuk selama-lamanya, oleh karena itu, pikirkanlah pendapat
kalian’.”
Rasulullah memanggil Khirasy bin Umaiyyah Al-Khuzai dan mengutusnya
untuk menemui orang-orang Quraisy. Beliau menyerahkan unta beliau
yang bernama Ats-Tsa’lab kepada Khirasy bin Umaiyyah dan menyuruhnya
menyampaikan pesan beliau kepada tokoh-tokoh Quraisy. Ketika Khirasy
bin Umaiyyah tiba di tempat orang-orang Quraisy, mereka menyembelih
unta beliau yang dikendarai Khirasy bin Umaiyyah dan juga bermaksud
membunuh Khirasy bin Umaiyyah namun dicegah orang-orang ahabisy.
Mereka melepas Khirasy bin Umaiyyah hingga ia tiba kembali di tempat
Rasulullah SAW”.
“Kemudian Rasululla SAW memanggil Umar bin Khaththab untuk diutus ke
Makkah guna menyampaikan pesan beliau kepada tokoh-tokoh Quraisy.
Umar bin Khaththab berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku takut kepada
orang-orang Quraisy atas diriku, sementara di Makkah, tidak ada
seorang pun dari Bani Adi bin Ka’ab yang bisa melindungiku. Selain
itu, orang-orang Quraisy mengetahui permusuhanku dan kekerasanku
terha-dap mereka. Aku tunjukkan kepadamu orang yang lebih mulia di
Makkah daripada aku yaitu Utsman bin Affan’. Rasulullah SAW
memanggil Utsman bin Affan dan menyuruhnya menemui Abu Sufyan bin
Harb dan tokoh-tokoh Quraisy lainnya serta menjelaskan kepada mereka
bahwa baliau datang tidak untuk perang, namun untuk mengunjungi
Baitullah dan mengagungkannya’.
“Utsman bin Affan berangkat ke Makkah dan bertemu Aban bin Sa’id bin
Al-Ash ketika memasuki Makkah atau hendak memasukinya. Aban bin
Sa’id Al-Ash membawa Utsman bin Affan di depannya dan melindunginya
hingga ia menyampaikan surat Rasulullah. Setelah itu, Utsman bin
Affan menemui Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Quraisy, dan
menyampaikan surat Rasulullah SAW kepada mereka. Mereka berkata
kepada Utsman bin Affan setelah ia selesai menyampaikan pesan
Rasulullah kepada mereka, ‘Jika engkau hendak melakukan thawaf di
Baitullah, silakan’. Utsman bin Affan menjawab, ‘Aku tidak akan
thawaf hingga Rasulullah yang memulai thawaf”.
“Utsman bin Affan ditahan orang-orang Quraisy di tempat mereka,
namun informasi yang sampai kepada Rasulullah SAW dan kaum muslimin
ialah Utsman bin Affan dibunuh”.
CATATAN:
* Rasulullah SAW menunjuk Namilah bin Abdillah Al-Laitsi sebagai
amir sementara di Madinah
** Hewan sembelihan yang dibawa ketika itu berjumlah tujuh puluh
ekor unta. Rombongan yang ikut saat itu berjumlah tujuh ratus orang.
Setiap satu ekor unta merupakan kongsi dari sepuluh orang
*** Nama sebuah tempat dekat Makkah
**** Isyarat kepada firman Allah: "Quulu hiththatun" yang
artinya, "Ya Allah hapuslah dosa kami".
***** Ibnu Hisyam berkata: "Maksud Urwah adalah bahwasanya
Al-Mughirah bin Syu'bah sebelum masuk Islam telah membunuh tiga
belas orang Bani Malik dari Tsaqif, maka marahlah orang-orang Bani
Tsaqif, khususnya Bani Malik, keluarga korban. Dan Al-Ahlaaf masih
satu rumpun keluarga dengan Al-Mughirah, lalu Urwah mengelurkan
diyat untuk tiga belas orang korban yang terbunuh itu, maka
selesailah permasalahannya. |