TAFSIR IBNU AL-JAUSI
Nama Mufassir
Beliau adalah imam Abu al-Faraj, Jamaluddin ‘Abdurrahman bin ‘Ali
bin Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad al-Jauzi, al-Qurasyi, at-Tymi,
al-Bakri, al-Baghdadi. Lahir tahun 508 H dan wafat tahun 597 H.*
Nama Kitab
Ia menamakan kitab tafsirnya‘Zaad al-Masiir Fii ‘Ilm at-Tafsiir’
Aqidahnya
Beliau seorang yang inkonsisten, terkadang menetapkan sebagian
sifat-sifat Allah dan terkadang menakwil sebagiannya.
Syaikhul Islam, Ibn Taimiyah RAH di dalam Majmu’ al-Fataawa
(IV:169) berkata, “Pandangan Abu al-Faraj sendiri dalam bab ini (sifat-sifat
Allah-red) masih kontradiktif, tidak mantap sebagai orang yang
menafikan dan juga tidak mantap sebagai orang yang menetapkan.
Bahkan ia memiliki lebih banyak pendapat yang dirangkainya dalam
puisi dan prosa dalam hal penetapan sifat-sifat daripada yang
diingkarinya dalam kitab ini (tafsir). Dalam masalah ini, ia sama
saja dengan kebanyakan orang yang membicarakannya; terkadang
menetapkan namun di banyak tempat menafikannya. Sama seperti yang
dilakukan Abu al-Wafa’ bin ‘Uqail dan Abu Hamid al-Ghazali.”
Dalam kitabnya, ‘Dzail Thabaqaat al-Hanaabilah (I:415), Ibn
Qudamah berkata, “Ibn al-Jauzi adalah imam pada masanya, hanya saja
kami kurang berkenan dengan karangan-karangannya tentang as-Sunnah
dan metodenya dalam hal itu.”
Dalam tafsirnya, beliau menyebutkan madzhab al-Mu’awwilah (kelompok
penakwil sifat) dan madzhab al-Mufawwidhah (kelompok yang
menyerahkan masalah sifat itu pada Allah semata). Seperti contoh,
dalam masalah Istiwa’, ia menyebutkan, “Para ulama Salaf
bersepakat untuk tidak menambah bacaan ayat.!” Ini adalah madzhab
al-Mufawwidhah. Beliau juga menakwil sifat al-Hayaa’ (malu)
dengan Khasy-yah (rasa takut), Wajh dengan Dzaat,
al-Majii’ (datang) dengan datangnya perintah Allah dan
kekuasaan-Nya. Beliau membatalkan sifat an-Nafs (diri),
al-Yadd (tangan). Menakwil al-Fawqiyyah (penggunaan kata
Fawqa/ di atas) dengan al-Qahr (kekuatan, kekuasaan)
dan al-Ghalabah (mengalahkan). Sedangkan kata al-‘Ain
(mata) ditakwil dengan al-Hifzh (menjaga). Namun begitu,
beliau menetapkan, kaum Mukminin dapat melihat Rabb mereka kelak di
hari Kiamat.
Spesifikasi Umum
Dalam sistematika penulisannya di kitab tafsirnya tersebut, Ibnu
al-Jauzi berkata, “Tatkala saya melihat kebanyakan buku-buku para
Mufassir hampir tidak ada yang pengungkapannya memenuhi maksud
sehingga satu ayat dapat dilihat dalam banyak kitab. Ada banyak
tafsir yang kurang optimal dalam menyajikan masalah ilmu
an-Nasikh Wa al-Mansukh atau sebagiannya. Kalau pun didapati hal
itu, pasti tidak didapati penyebutan sebab-sebab turun ayatnya
(Asbaabunnuzuul) atau kebanyakannya; jika pun didapati, pasti tidak
didapati penjelasan mana ayat Makkiyyah dan mana ayat Madaniyyah;
kalau pun didapati, pasti tidak didapati isyarat mengenai hukum ayat
tersebut; kalau pun didapati, pasti tidak didapati jawaban atas
kemuykilan yang terjadi pada ayat tersebut dan banyak lagi hal-hal
lain yang dituntut untuk dijelaskan.
Dalam kitab tafsir ini, saya memaparkan hal-hal yang disebutkan
tadi. Saya berharap apa yang ada dalam tafsir ini sudah cukup
sehingga tidak diperlukan lagi buku-buku tafsir sejenisnya. Saya
sudah pernah mengingatkan untuk tidak mengulang tafsir suatu kata
yang sudah dikemukakan sebelumnya kecuali dengan mengisyaratkannya
saja. Saya tidak meninggalkan perkataan-perkataan yang saya kuasai
kecuali yang memang jauh dari benar. Saya memperhatikan sekali
penyajian secara ringkas. Bila anda lihat ada ayat yang belum
disebutkan tafsirnya, maka hal itu bisa jadi karena dua kemungkinan;
bisa jadi karena sudah pernah disebutkan sebelumnya atau karena ia
memang sudah jelas sehingga tidak perlu ditafsirkan lagi.
Kitab kami ini telah diseleksi dari tafsir-tafsir yang paling
terseleksi, caranya dengan mengambil tafsir-tafsir yang paling
shahih, paling bagus dan terpelihara darinya. Susunannya pun
demikian ringkas.”
Sikapnya Terhadap Sanad
Beliau menukil semua pendapat ulama Salaf mengenai suatu ayat tetapi
tidak menyebutkan sanadnya. Beliau menyusunnya dengan susunan yang
baik; pendapat pertama, kedua, ketiga, dst.
Sikapnya Terhadap Hukum-Hukum Fiqih
Beliau menyebutkan pendapat-pendapat para ulama mengenai ayat-ayat
fiqih (para empat imam madzhab dan ulama lainnya) tanpa berpanjang
lebar.
Beliau jarang menguatkan suatu pendapat dan hanya cukup dengan
menyinkronkan antara pendapat-pendapat tersebut.
Sikapnya Terhadap Qiraa’aat
Beliau menyebutkan Qiraa’aat yang mutawatir dan juga yang
Syaadz (janggal) dengan sangat antusias.
Sikapnya Terhadap Israiliyyat
Belau menyebutkan riwayat dari as-Suddy dan periwayat lainnya dalam
masalah ini.
Sikapnya Terhadap Sya’ir, Nahwu Dan Bahasa
Beliau sangat memperhatikan sisi ini dan menukilnya dari
karangan-karangan yang berbicara tentang hal itu seperti buku
Gharib al-Qur’an dan Musykil al-Qur’an (kedua-duanya
karya Ibn Qutaibah). Beliau juga menukil dari kitab-kitab mengenai
makna-makna al-Qur’an terutama buku karangan al-Farra’ dan
az-Zajjaj, buku ‘al-Hujjah’ karya Abu Ali al-Farisi,
‘Majaaz al-Qur’an’ karya Abu ‘Ubaidah, buku-buku karangan Ibn
al-Anbari, buku Sya’nud Du’aa’ karya al-Khaththabi. Beliau
juga menampilkan beberapa Syawaahid sya’ir.
* Untuk memperdalam lagi wawasan tentang biografi Ibnu al-Jauzi,
silahkan baca:
- Dzail Thabaqaat al-Hanaabilah karya Ibn Rajab (I:399-433)
- Tadzkirah al-Huffaazh karya adz-Dzahabi (1342)
- Al-Bidaayah Wa an-Nihaayah (XIII:28-30)
- Thabaqaat al-Mufassiriin karya as-Suyuthi (50)
(SUMBER: al-Qawl al-Mukhtashar al-Mubiin Fii Manahij
al-Mufassiriin karya Abu Abdillah, Muhammad al-Hamud an-Najdi,
hal.21-23)
|