Tafsir Surat
AL-ANFAL:24-26
(Takutlah Azab Yang Tidak Hanya Menimpa Orang-Orang Zhalim)
Allah Ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan
Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan,[24]. Dan peliharalah dirimu
dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim
saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya,[25]. Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu
masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut
orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu
tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolonganNya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar
kamu bersyukur.[26]”
Makna Global Ayat
Ini adalah panggilan kemuliaan ilahi ke-tiga (panggilan pertama pada
ayat 15, panggilan ke-dua pada ayat 20) kepada kaum Mukmin. Pada
kesempatan ini, Rabb Ta’ala berkenan memanggil mereka dengan
panggilan-Nya untuk memuliakan mereka dengan perintah atau
larangan-Nya kepada mereka. Hal ini, sebagai bentuk pendidikan
sekaligus persiapan bagi kebahagiaan dan kemuliaan mereka di dunia
dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang beriman, penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada
suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” ; ini semakna dengan
panggilan pertama (pada ayat 20), “Ta’atlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya.”
Sedangkan firman-Nya, “Kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu” ; memberikan kesan bahwa perintah-perintah Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya adalah sama seperti larangan-larangan-Nya, tidak luput
dari suatu yang memberi kehidupan kepada kaum Mukminin* atau
menambah kehidupan mereka atau menjaganya untuk mereka. Oleh karena
itu, Allah dan Rasul-Nya wajib dita’ati semaksimal mungkin dalam
berbuat ta’at kepada keduanya.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi
antara manusia dan hatinya” ; adalah peringatan besar kepada
kaum Mukminin bahwa bilamana mereka diberi kesempatan untuk berbuat
baik, maka hendaknya menggunakannya sebelum kesempatan itu luput,
apalagi bila ia merupakan dakwah dari Allah dan Rasul-Nya, sebab
Allah Maha Mampu untuk membatasi antara manusia dan apa yang
diinginkannya, antara seseorang dan hatinya** dengan
membolak-balikkan hati dan mengarahkannya ke arah yang lain sehingga
ia tidak menyukai kebaikan dan suka kepada keburukan.
Dan firman-Nya, “Dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan” ; artinya, orang yang mengetahui bahwa ia akan
dikumpulkan kepada Allah, siapa pun ia, bagaimana mungkin akalnya
bisa berpaling setelah mendengar seruan-Nya yang memerintahkan
sesuatu atau larangannya terhadap sesuatu.?
Dan firman-Nya, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang
tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu”***;
merupakan peringatan lain yang begitu serius kepada kaum Mukminin
agar jangan sekali-kali meninggalkan keta’atan kepada Allah dan
Rasul-Nya, meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang mengakibatkan
kejahatan semakin menyebar dan kerusakan merajalela, lalu karenanya
Allah timpakan bencana yang merata; menimpa orang-orang yang shalih
dan Thalih (kebalikan orang shalih), orang yang berbuat kebajikan
dan orang yang bejad (fajir),****orang yang zhalim dan orang yang
berlaku adil.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”;
ini memperkuat peringatan sebelumnya bahwa Allah Ta’ala bila
menimpakan azab karena perbuatan dosa dan maksiat, maka azabnya amat
pedih dan keras, tidak mampu jiwa menanggungnya. Karena itu,
hendaklah kaum Mukminin berhati-hati terhadap hal itu dengan
senantiasa melakukan keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Firman-Nya, “Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih
berjumlah sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut
orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu
tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan
pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar
kamu bersyukur”; ini adalah wejangan Rabbani bagi orang-orang
Mukmin yang berinteraksi dengan dakwah Islamiyyah di hari-hari
pertamanya (pertama munculnya dakwah Islamiyyah). Rabb mereka
mengingatkan kondisi mereka terdahulu yang serba kekurangan dan
lemah, yang takut diculik orang-orang kafir karena mereka hanya
minoritas dan kaum lemah, lalu Dia menolong mereka dengan
tentara-Nya sehingga mereka menjadi mulia setelah sebelumnya hidup
dalam kehina-dinaan dan menjadi kaya setelah sebelumnya melarat dan
tidak memiliki apa-apa (papa). Dia juga menganugerahi mereka rizki
dari yang baik-baik untuk memuliakan mereka sebagai peringatan
kepada mereka agar bersyukur sebab orang yang hidup dalam kondisi
tersebut dan merasakannya pastilah akan mensyukuri nikmat. Syukur
adalah memuji al-Mun’im (Pemberi nikmat), menyanjung-Nya,
berbuat ta’at kepada-Nya, mencintai-Nya dan menyalurkan nikmat
tersebut di jalan yang diridlai-Nya. Allah Maha Mengetahui bahwa
mereka telah bersyukur. Semoga Allah meridlai dan membuat mereka
ridla serta mendampingkan kita dengan mereka dalam kondisi sabar dan
bersyukur. (Ays)
Tafsir Syaikh as-S’ady Terhadap Ayat 25
Firman-Nya, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu”;
yakni bahkan menimpa pelaku kezhaliman dan orang selainnya, hal ini
terjadi bila kezhaliman sudah begitu nyata, namun tidak dirubah
sehingga siksaan-Nya mencakup pelakunya dan orang selainnya. Cara
memelihara diri dari fitnah (siksaan) ini adalah dengan mencegah
kemungkaran, melibas pelaku kejahatan dan kerusakan dengan tidak
memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat maksiat dan
berbuat zhalim sebisa mungkin.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”;
yakni bagi orang yang sengaja menantang kemarahan-Nya dan
bersimpangan dengan hal yang diridlai-Nya. (Tys)
Petunjuk Ayat
Di antara petunjuk ayat-ayat di atas adalah:
1. Kewajiban untuk bersegera memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya*****dengan
melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, karena hal itu
merupakan bagian dari kehidupan seorang Muslim.
2. Wajibnya menggunakan kesempatan untuk berbuat baik sebelum
waktunya lewat; kapan saja seorang Mukmin mendapatkan kesempatan itu,
maka ketika itu wajib baginya untuk memanfa’atkannya dengan
sebaik-baiknya.
3. Wajibnya beramar ma’ruf nahi munkar untuk memelihara diri dari
fitnah-fitnah yang bersifat umum, yang dapat membinasakan orang yang
berbuat adil dan orang yang berlaku zhalim.
4. Wajibnya mengingat nikmat untuk mensyukurinya dengan cara berbuat
ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Wajibnya mensyukuri semua nikmat dengan memuji Allah,
menyanjung-Nya, mengakui anugerah nikmat-Nya pada dirinya serta
mengaplikasikannya dengan cara yang sesuai dengan apa yang
diridlai-Nya. (Ays)
CATATAN:
* Dalam ayat tersebut terdapat dalil bahwa kekufuran dan kebodohan
ibarat kematian yang bersifat maknawi (non fisik) bagi manusia sebab
dengan keimanan dan ilmu terjadi kehidupan dan dengan lawan keduanya
terjadi kematian.
** Lebih dari seorang periwayat meriwayatkan dari Nabi SAW, sabda
beliau, “Allaahumma Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii ‘Ala
Diinik (Ya Allah, Wahai Yang membolak-balikkan setiap hati,
mantapkanlah hatiku di atas dien-Mu) .” Dalam riwayat Muslim
dinyatakan, “Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubana Ila
Thaa’atik (Ya Allah, Yang merubah setiap hati, rubahlan setiap
hati kami kepada berbuat ta’at kepada-Mu) .”
*** Mengenai ayat ini, Ibn ‘Abbas berkata, “Allah memerintahkan
kepada kaum Mukminin agar tidak mendiamkan saja kemungkaran terjadi
di sekitar mereka sehingga azab tidak menimpa secara merata kepada
mereka. Di dalam Shahih Muslim dari Zainab binti Jahsy bahwasanya ia
bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, apakah kami akan
dibinasakan padahal ada orang-orang shalih di tengah kami.?” Beliau
menjawab, “Ya, bila keburukan telah demikian banyak.”
**** Imam Ahmad meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila perbuatan-perbuatan
maksiat di tengah umatku telah nyata, maka Allah akan menimpakan
azab-Nya kepada mereka secara merata.” Ia berkata, “Lalu aku
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bukankah di tengah mereka itu ada
orang-orang yang shalih.?’ Beliau menjawab, “Benar.” Ia
berkata lagi, “Bagaimana jadinya mereka.?” Beliau bersabda, “Apa
yang menimpa orang-orang menimpa mereka juga, kemudian nasib akhir
mereka mendapatkan ampunan dan keridlaan dari Allah.”
***** Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id bin al-Ma’ally,
dia berkata, “Pernah ketika aku sedang shalat di Masjid, lalu
dipanggil oleh Rasulullah SAW namun aku tidak menjawabnya, kemudian
barulah aku mendatanginya seraya berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku barusan dari shalat di Masjid.” Lalu beliau
bersabda, “Bukankah Allah Ta’ala berfirman, ‘Penuhilah pangglan
Allah dan Rasul bila ia mengajakmu kepada hal yang dapat
menghidupkanmu.?” …selanjutnya beliau (al-Bukhary) menyebutkan teks
haditsnya.
Para ulama berkata, “Dalam kasus ini terdapat dalil yang menunjukkan
bahwa perbuatan yang bersifat wajib atau ucapan yang bersifat wajib
bila dilakukan di dalam shalat, tidak membatalkannya.”
SUMBER:
-Aysarut Tafaasiir Li Kalaamil ‘’Aliiyyil Kabiir karya Syaikh
al-Jazairy (disingkat: Ays)
-Taysiirul Kariimir Rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan
karya Syaikh Nashir as-Sa’dy (disingkat: Tys)
|